![]() |
sumber gambar indotrading.com |
Lagi ramai tentang masalah
pengeras suara masjid yang sering mengganggu orang karena suaranya yang keras.
Sampai akhirnya kejadian, dimana terjadi pengrusakan rumah ibadah karena
disebabkan speaker masjid ini.
Sebenarnya bagaimana sih agar
speaker masjid bisa berfungsi efektif dan efisien serta tidak mengganggu orang
lain yang merasa terganggu. Karena merasa terganggu juga merupakan hak setiap
individu, termasuk saya yang seorang muslim pun sering merasa terganggu dengan
sepeaker dari mushola dekat rumah saya, namun saya masih bisa beroleransi
dengan ibu-ibu, iya benar ibu-ibu, yang setiap menjelang waktu sholat selalu “memainkan”
speaker dengan lagu-lagu pengajian khas ibu-ibu di RT.
Saya mau cerita secara fair,
biasanya masjid yang ramai itu adalah masjid yang pengurus dan jamaahnya orang-orang
Nahdatul Ulama (NU), termasuk mushola dekat rumah saya. Sebelum adzan,
mereka bershalawat dengan speaker luar, lalu tahlil, tasbih, bahkan ada yang “menyanyikan”
lagu pengajian ibu-ibu. Setelah itu masuk waktu adzan, lagi-lagi antara adzan
dan iqomat mereka bersholawat, tahlil, tasbih kembali digaungkan menggunakan
speaker dengan keras.
Berbeda dengan masjid
Muhammadiyah, atau masjid yang jamaahnya kebanyakan orang-orang “Salafi” atau jamaah
dari salah satu partai Islam. Mereka lebih tertib dalam menggunakan speaker.
Mereka membunyikan speaker luar saat adzan saja, lalu sepi kembali. Bukan berarti
mereka tidak bersholawat, berdzikir, bertasbih dan berdoa diantara adzan dan
iqomat, namun mereka melakukannya dalam hati dengan khusyu. Kemudian dilanjutkan dengan iqomat dengan sepeaker luar, dan
saat imam memimpin sholat kembali menggunakan speaker dalam. Pengajian digaungkan
dengan speaker luar jika ada acara-acara besar saja, untuk syiar agama. Ini menurut saya yang lebih tepat. Jadi
kalau anda tinggal di masjid yang jamaahnya banyak orang-orang ini, maka anda
tidak akan terganggu. Kebetulan sebelumnya saya pernah tinggal disekitar masjid
seperti ini, bahkan akhirnya menjadi pengurus di masjidnya, sebagai ketua
remaja. Dan saya diajarkan bagaimana seharusnya menggunakan speaker agar tidak
menimbulkan polusi suara.
Jadi himbauan pak Wapres Jusuf
Kala tentang speaker masjid yang mengganggu sebetulnya lebih tepat diarahkan kepada jamaah NU, dimana masjid-masjid mereka sering
dikatakan menimbulkan polusi suara. Kalau saya sholat di masjid yang
pengurusnya orang NU, antara adzan dan iqomat saya melaksanakan sholat sunnah,
dan saat sholat sunnah itu kadang bacaan saya menjadi terganggu dikarenakan
suara orang bersholawat dan berdzikir yang sedemikian keras menggunakan
speaker.
Apa yang mereka lakukan
sebenarnya budaya pesantren yang baik, dimana para kyai mengajak santrinya
bersholawat bersama, bertasbih bersama, berdzikir bersama. Namun mungkin
awalnya ketika santri itu lulus dan kemudian kembali ke masyarakat, mereka
membawa budaya itu kedalam masyarakat umum yang tidak semuanya senang dengan
kebisingan suara itu.
Disinilah para pengurus masjid
harus bijak dalam menggunakan speaker masjidnya. Gunakan speaker luar masjid
hanya untuk adzan dan iqomat, sedangkan kegiatan ceramah, imam sholat,
pengajian lebih baik menggunakan speaker dalam. Kecuali untuk hari-hari besar
agama, silahkan sebagai syiar Islam, misalnya untuk takbiran, Maulid Nabi, Isra Mikraj dan saat sholat tarawih di bulan Ramadhan.
Lalu bagaimana jika ada yang meminta adzan
dilarang menggunakan speaker? Tentu ini sudah berlebihan dan dikhawatrikan justru
akan membuat kemarahan ummat Islam. Jangan sampai seperti perda syariah, hanya
gara-gara Satpol PP merazia penjual makanan disiang hari saat bulan Ramadhan,
perda syariat kemudian berusaha dijadikan sasaran tembak dan dicabut. Jangan pula
karena kebisingan suara speaker masjid karena kegiatan diluar adzan, membuat adzan kemudian
dilarang menggunakan speaker. Kedepankanlah toleransi untuk kepentingan orang banyak dari pada
kepentingan kita sendiri. Bijaksanalah dalam menyikapi perbedaan, itu yang
utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).